Aku bertemu Rizki 3 tahun lalu, saat aku baru masuk TK. Waktu itu umurku baru 5 tahun, karena baru pindah dari Medan maka aku merasa sangat asing dengan lingkunganku. Aku mudah panik dan cemas bila kehilangan orang-orang yang kukenal. Karenanya, ketika aku masuk TK, maka aku tidak mengizinkan mamahku pergi dari kelasku sampai bel pulang berbunyi.
Aku tahu, mamah sangat sedih melihatku selalu takut. Dia berusaha membesarkan hatiku dengan selalu mengulang-ngulang kalimat bahwa aku adalah anak lelaki yang harus berani menghadapi hidup. Aku tahu itu mah, tapi waktu itu aku memang tak bisa mengatasi rasa takutku. Karena terlalu sibuk dengan fikiranku, bahkan sampai hampir seminggu di TK aku belum punya teman. Aku tidak tahu anak mana yang bisa kupercaya untuk menjadi temanku.
Mamah terkejut mendengar aku tertawa. Tapi setelah aku ceritakan dengan berbisik-bisik, akhirnya dia pun tertawa. Orang-orang melihat kami dengan heran, tapi aku dan mamahku tetap saja tertawa karena merasa lucu. Belakangan aku berkenalan dengan anak tersebut, namanya Rizki. Rizki sangat pendiam, walaupun dia tidak penakut, namun ternyata dia juga belum punya teman. Akhirnya kami berteman, Rizki sangat baik dan setia, bila ada temanku yang nakal, maka dia akan membelaku. Akhirnya akupun bersikap sama selalu membelanya. Hingga kini aku dan Rizki bersahabat karib.
Sekarang Rizki tidak lagi berambut panjang, tetapi tetap saja rambutnya lebih panjang dari rambutku yang selalu dipangkas setiap bulan. Pernah sih aku memanjangkan rambut dan meminta dipangkas seperti gaya Rizki, tapi akhirnya aku merasa aneh melihat wajahku sendiri sampai akhirnya aku balik ke tukang pangkas untuk dicukur gundul kembali....... Aku tetap merasa nyaman dengan rambut plontos seperti ayah. Mungkin sudah ciri khas keluarga, tidak bisa dirubah. Yang penting hingga kini aku tetap bersahabat dengan Rizki.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar